Hutang pemutus silaturahmi yang paling tajam sehingga hubungan rusak karena utang. Saat ini, utang adalah alat yang sangat efektif untuk memutuskan ikatan persahabatan.
Dulu berteman baik, hanya karena hutang bisa merusak persahabatan mereka. Lebih sadis lagi, hubungan persaudaraan bisa putus hanya karena masalah utang.
Sebelum berurusan dengan uang, kita mengenalnya dengan baik. Setelah berurusan dengan uang, kita jadi tahu sifat aslinya. Oleh karena itu, berhati-hatilah jika Sobat terlilit hutang. Niatkan untuk melunasinya meskipun kita tidak punya uang untuk melunasinya.
Mari kita informasikan saja kepada orang yang kita pinjam uangnya bahwa insya Allah kita akan melunasi hutang kita. Bahkan tidak menjauh dan enggan bertemu karena takut ditagih oleh orang yang meminjamkan uang kepada kita.
Sebenarnya, orang yang meminjamkan uang kepada kita membutuhkan itikad baik kita. Kalau tidak bisa bayar karena tidak punya uang, maka bicarakan saja, jangan pergi begitu saja atau menghilang begitu saja.
Mungkin dengan melarikan diri atau menghilang, kita bisa "aman" dari orang yang meminjamkan uang kepada kita karena tidak ditagih. Tapi yakinlah, rasa aman ini hanya sementara dan kita pasti akan dipertemukan kembali di akhirat nanti antara si peminjam dan si pemberi pinjaman.
Apakah kita benar-benar ingin para malaikat tidak membuka pintu surga hanya karena kita belum melunasi banyak hutang ketika kita masih di bumi? Memang benar apa yang disampaikan oleh para sahabat Nabi Umar bin Khattab.
Dia berkata, "Jangan percaya siapa pun 100%, sebelum kita berurusan dengan masalah uang dengan orang itu." Ternyata uang bisa menjadi ukuran apakah orang yang kita kenal benar-benar baik atau hanya terlihat baik di mata kita, bukan?
Utang adalah salah satu masalah serius yang dikhawatirkan oleh Nabi. Meski tidak dilarang, utang merupakan salah satu cara setan menggoda manusia untuk berbuat dosa dengan mudah.
Bagaimana tidak, bagi mereka yang imannya tipis, mudah untuk melakukan manipulasi, sumpah palsu, saling adu mulut hingga akhirnya putus hubungan karena terlilit hutang. Dan tak sedikit dari kasus tersebut berakhir dengan kematian akibat cekcok satu sama lain hingga berujung kematian.
Maka wajar saja, inilah alasan Nabi kita Muhammad Sholalallahu 'alaihi wasallam sangat berhati-hati agar umatnya tidak mudah terlilit hutang. Perlu dicatat bahwa bahkan seorang syahid yang notabene sudah memiliki tiket ke surga pun bisa batal hanya karena terlilit hutang.
Nabi Muhammad bersabda, "Semua dosa orang yang mati syahid akan diampuni kecuali hutangnya" (HR Muslim). Dari hadits tersebut sangat jelas bahwa Allah mengampuni semua dosa orang yang mati syahid, tetapi tidak untuk dosa hutang yang belum terbayar.
Ada dua alasan mengapa orang berhutang. Pertama, karena dia tidak memiliki apa-apa lagi untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, seperti makan, minum, pakaian, tempat tinggal, dan sebagainya.
Kedua, ia terus menambah hutangnya untuk menjaga gengsinya dalam kehidupan sosialnya, seperti mobil, perhiasan, furnitur, dan lain-lain.
Yang pertama dan kedua sama-sama terjebak dalam jebakan utang. Hanya saja kasus kedua ini jika tidak dikendalikan bisa menjadi bumerang bagi para debitur. Apalagi di era modern ini, tersedia layanan kartu kredit yang memudahkan masyarakat untuk terlilit hutang.
Jika Sobat tidak berhati-hati dengan produk ini, orang akan terjebak dengan dimensi hutang yang akan mencekik mereka dari waktu ke waktu. Sangat penting bagi umat Islam untuk melunasi hutang.
Hal ini dipertimbangkan ketika melihat kejadian Nabi Muhammad Sholalallahu 'alaihi wasallam menolak untuk memimpin salat jenazah, ketika diberitahu bahwa jenazah belum melunasi utangnya.
Betapa hutang adalah aib yang besar. Jika nabi kita enggan untuk mendoakan jenazahnya, kita sebagai hamba biasa pasti akan mengikutinya.
Nabi berdoa untuk perlindungan dari utang buruk. Dari Aisyah, istri Nabi Muhammad SAW, Nabi SAW sebenarnya berdoa dalam doa:
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur; aku berlindung kepada-Mu dari fitnah Dajjal; aku berlindung kepada-Mu dari fitnah hidup dan mati; aku juga berlindung kepada-Mu dari dosa dan dosa. utang."
Aisha berkata, seorang teman mencela: "Mengapa, ya Rasulullah, Sobat perlu berlindung dari hutang?" Nabi berkata: (Ketahuilah) seseorang yang berhutang ketika dia berbicara, dia berbohong dan ketika dia berjanji, dia berbohong.
Islam adalah agama yang tidak membolehkan memakan harta orang lain walaupun sedikit. Ketika kita mati tanpa dibayar, itu berarti kita mati memakan milik orang lain yang bukan milik kita. Maka wajar saja surga yang ada di depan mata bisa sirna hanya karena utang.
Orang yang biasa memakan harta orang lain berarti tidak bisa memegang amanah, mudah berbohong dan mengingkari janji seperti yang disabdakan Rasulullah sallallahu 'alaihi wa sallam.
Sudah selayaknya umat Islam sebisa mungkin menghindari hutang, terutama untuk alasan yang tidak jelas, seperti memenuhi gaya hidup yang tidak perlu atau hanya untuk menjaga gengsi.
Karena orang yang terjerat hutang akan merasa tidak nyaman hidup, di dunia merasa tidak nyaman, dan jika belum lunas di akhirat maka surga haram.
Hutang Pemutus Silaturahmi
Persahabatan fitrah Islami itu sangat penting. Bahkan, Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW memberikan ancaman kepada orang-orang yang memutuskan tali silaturahmi.
Salah satunya adalah berdasar hadits yang diriwayatkan oleh Jubair bin Mut'im, seorang sahabat Nabi SAW yang sangat dihormati. Ia pernah mendengar Nabi Muhammad SAW bersabda: (لاَ لُ الجَنَّةَ اطِعٌ) "Tidak akan masuk surga seseorang yang memutuskan (persahabatan)." (HR.Imam Bukhori)
Kandungan hadis ini banyak dibahas oleh para ahli hadits. Menurut M Quraish, sebagian dari mereka memahami hadis ini dalam arti ancaman yang serius, meski ancaman itu belum tentu dilaksanakan. Hal ini dimaksudkan agar setiap orang selalu memiliki hubungan yang harmonis satu sama lain.
Allah dalam Al-Qur'an juga mengutuk orang-orang yang memutuskan hubungan persahabatan. Diantaranya Allah berfirman:
“Orang-orang yang mengingkari janji Allah setelah disumpah dengan teguh dan memutuskan apa yang Allah perintahkan untuk dihubungkan, dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang dilaknat dan bagi mereka tempat tinggal yang buruk (neraka) (QS. Ar-Ra 'd [13]: 25).
Quraish Shihab mengatakan kesalahpahaman yang mengatur dua Muslim untuk tidak saling menyapa hanya diperbolehkan berlangsung tidak lebih dari tiga hari.
Nabi SAW bersabda: "Tidak halal bagi seorang muslim meninggalkan saudaranya (tidak berbicara karena kebencian) lebih dari tiga hari." (HR Muslim).
Demikianlah beberapa hadits pemutus silaturahmi paling tajam akibat hutang.