Menurut laman mas-software.com, hutang adalah sejumlah uang baik nilai kecil atau besar yang dipinjam oleh satu pihak dari pihak lain.
Mengapa seseorang atau suatu pihak meminjam uang dari pihak lain? Nah, biasanya seseorang atau suatu pihak meminjam uang tentu memiliki tujuan.
Nantinya hutang ini dapat digunakan oleh individu atau perusahaan untuk membeli sesuatu (bisa berupa barang atau jasa) yang membutuhkan dana besar.
Karena dana yang dibutuhkan terlalu besar, dapat membuat seseorang atau perusahaan tidak dapat memenuhinya. Jadi, solusinya adalah dengan meminjam uang atau berhutang. Namun, bukan sembarang utang, tak sedikit utang memang membuat orang menjadi pusing, putus asa dan tersesat.
Namun perlu Sobat ketahui juga, bahwa utang itu banyak jenisnya. Mulai dari utang dagang, utang lancar, utang jangka panjang, utang jangka pendek, utang perusahaan, hingga cara mengelola utang secara efektif.
Tidak hanya memberi, pemberi pinjaman juga memiliki aturan atau ketentuan tertentu. Misalnya, peminjam akan membayar utang dengan jumlah yang sama ditambah bunga. Namun, dalam menentukan aturan dan ketentuan, pastikan kedua belah pihak telah sepakat sebelumnya.
Jenis Utang
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, ada banyak jenis utang. Jadi, hutang bukan hanya hal yang buruk, tetapi juga dapat membantu dan meringankan beban keuangan seseorang terhadap perusahaan.
Berikut jenis-jenis utang yang wajib Sobat ketahui, terutama saat ingin mencoba mengajukan pinjaman di lembaga keuangan.
Hutang lancar
Jenis utang yang pertama adalah utang lancar, utang ini merupakan utang jangka pendek atau jangka panjang. Peminjam memiliki kewajiban untuk membayar utang, yang harus dilunasi dalam waktu satu tahun atau 12 bulan.
Utang lancar ini juga dapat diartikan sebagai utang yang jatuh tempo dalam 12 bulan ke depan, dan memerlukan pembayaran tagihan dari aset lancar.
Tidak hanya memiliki jatuh tempo yang pasti, apa arti lain dari kedua hutang tersebut? Mari kita simak penjelasan lebih detail mengenai kedua jenis utang tersebut.
Utang Jangka Pendek
Seperti diketahui, utang jangka pendek disebut juga utang lancar. Seperti yang sudah dijelaskan, utang jangka pendek adalah kewajiban untuk membayar utang yang harus dilunasi dalam waktu satu tahun atau 12 bulan.
Apapun jenis hutangnya, biasanya setiap perusahaan harus mengambil manfaat dari hutang, yang bukan sebagai hal yang negatif tetapi sebagai metode untuk mengembangkan bisnis atau bisnis.
Jadi, jika Sobat melihat perusahaan dengan banyak hutang, itu mungkin bukan karena mereka tidak tahu bagaimana mengelola hutang perusahaan dengan baik. Tapi, memang kebutuhan dan tujuan mereka banyak dan sudah diatur.
Meski begitu, disarankan agar perusahaan tetap mengetahui dan memahami cara mengelola utang perusahaan yang baik agar tidak menjadikan utang menjadi bumerang.
Anda juga harus paham, bagaimana cara mengatasi hutang perusahaan secara efektif dan bagaimana cara mengatasi hutang jangka pendek dengan lancar? Hal ini dilakukan agar perusahaan dapat meminimalkan risiko kerugian atau menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Hutang Jangka Panjang
Selanjutnya ada hutang jangka panjang yaitu sejumlah hutang yang dimiliki oleh perusahaan yang berjangka waktu 12 bulan (setahun) atau lebih dari itu. Contoh hutang jangka panjang adalah obligasi, pinjaman bank, dan lain-lain.
Jenis hutang jangka panjang ini umumnya digunakan oleh perusahaan untuk mengembangkan usaha dan usaha. Dimana mereka akan meminjam sejumlah uang dengan jenis hutang jangka panjang dari badan hukum seperti bank, atau lembaga keuangan lainnya.
Hutang Piutang
Selanjutnya ada jenis hutang dagang, dimana hutang ini biasanya ada dalam suatu organisasi dan perusahaan, sehingga jarang dilakukan oleh individu. Jenis utang ini akan berguna di mana usaha dan utang sering berjalan beriringan.
Pasalnya, sebuah perusahaan juga harus berkembang dalam bisnisnya. Nah, untuk mengembangkannya, perusahaan di sini tentu membutuhkan dana berupa pinjaman yang cukup besar, dari pihak pemberi pinjaman.
Jadi, dalam utang jenis ini sudah pasti ada dua pihak yang terlibat. Pihak pertama adalah orang yang meminjamkan uang (pemberi pinjaman/debitur), sedangkan pihak kedua adalah orang yang meminjam uang (peminjam/kreditur).
Misalnya, pemberi pinjaman biasanya adalah perusahaan yang berbadan hukum seperti bank, koperasi simpan pinjam, dan sebagainya.
Nah, para peminjam atau kreditur biasanya perorangan, pengusaha kecil atau perusahaan, di mana mereka membutuhkan tambahan modal untuk kebutuhan sehari-hari. usaha bisnis mereka.
Dalam bisnis, perusahaan yang memiliki hutang bukan berarti perusahaan tersebut tidak pandai mengelola keuangan.
Namun, utang di sini lebih banyak digunakan sebagai pengembangan usaha agar usaha dapat terus berjalan. Tidak bisa dipungkiri bahwa memiliki hutang cukup berisiko.
Agar perusahaan dapat mengelola hutang dengan baik, perusahaan membutuhkan pihak yang memang memahami manajemen hutang.
Di sini, pihak seperti akuntan dan tim keuangan berperan penting dalam mengelola utang perusahaan. Padahal, pengertian utang dan piutang dalam dunia akuntansi memiliki arti atau istilah tersendiri.
Arti Hutang dan Piutang dalam Akuntansi
Dari sudut akuntansi, utang adalah uang tunai dan non tunai atau bisa juga berupa barang yang dipinjam dari peminjam. Peminjam juga memiliki tanggung jawab karena apa yang dia pinjam adalah milik pihak lain dan harus dikembalikan.
Sedangkan piutang menurut pandangan akuntansi adalah pinjaman dalam bentuk tunai atau non tunai atau bisa juga berupa barang kepada orang lain atau perusahaan. Namun, saat ini dalam dunia akuntansi, perusahaan lebih banyak menggunakan istilah pinjaman modal usaha atau bisnis.
Kata hutang adalah hal yang negatif dari sudut pandang akuntansi. Sedangkan kata pinjaman usaha memiliki arti meminjam uang yang dapat atau akan menghasilkan sesuatu.
Jadi Sobat harus benar-benar memahami aturan yang berlaku di antara keduanya dan sebisa mungkin menghindari penipuan. Tidak hanya dari pihak peminjam, kreditur atau kreditur juga harus pandai mengelolanya.
Dengan manajemen utang yang baik, tidak akan ada kerugian sepeser pun untuk bisnis Sobat. Baik Sobat maupun peminjam utang tidak akan mengalami kerugian yang sama.
Dampak Hutang
Salah satu penyebab orang sering gulung tikar atau bangkrut adalah adanya permasalahan yang berkaitan dengan hutang, lebih tepatnya terlilit hutang sehingga menyebabkan ketidakmampuan untuk membayarnya.
Kondisi ini sering terjadi pada individu dan keluarga yang tidak dapat mengontrol utangnya secara efektif.
Pinjaman lunak merupakan unsur seseorang dapat melakukan pinjaman dengan mudah. Persyaratan yang ringan ditambah kemudahan dalam melakukan peminjaman melalui penyedia layanan pinjaman digital online telah mengakibatkan masyarakat dapat mencapainya dalam waktu yang relatif singkat.
Pinjaman tanpa rencana akan menjadi bom waktu yang suatu saat akan membunuh dan merusak rencana hidup manis Sobat di masa depan. Hutang membuat hidup tidak aman dan nyaman. Ada ketakutan yang menghantui kita ketika kita tidak mampu membelinya.
Klimaksnya berujung pada penyitaan aset yang kita miliki dan perjuangkan. Lalu bagaimana merencanakan utang? Berapa persen utang yang masih dianggap sehat?
Dalam perencanaan keuangan, kita harus bisa mengatur arus kas pribadi karena manajemen pemasukan dan pengeluaran sangat penting. Kami tidak ingin saham yang lebih besar dari pilar yang pada akhirnya akan membuat kami merugi dan berakhir dengan pinjaman berbunga tinggi.
Persentase utang dalam arus kas masih dianggap sehat jika tidak melebihi 35% dari penghasilan Sobat. Jika melebihi itu, maka keuangan Sobat bisa dikategorikan “dingin” tidak sehat. Misalnya, jika gaji Sobat 10 juta/bulan, maksimal utang yang bisa Sobat pinjam adalah 3,5 juta/bulan.
Utang yang ada saat ini sebesar 35% terbagi menjadi dua, yaitu utang produktif dan utang konsumtif. Hutang produktif adalah hutang yang digunakan untuk tujuan produktif dan mampu meningkatkan nilai keuangan Sobat.
Selain itu, utang produktif mampu menghasilkan uang, mengurangi biaya bulanan, dan memberikan dampak produktif lainnya.
Misalnya Sobat melakukan pinjaman cicilan motor untuk usaha sampingan Sobat sebagai tukang ojek online atau cicilan motor digunakan untuk berdagang sebagai alat transportasi. Pertanyaannya adalah berapa persentase utang produktif? Nah, jumlah itu setidaknya 20% dari total 35% hutang Sobat.
Bagaimana dengan utang konsumen? Hutang konsumtif adalah hutang yang nilainya akan terus menurun dari waktu ke waktu dan tidak berdampak pada potensi pendapatan dan pendapatan yang Sobat miliki.
Misalnya, jika Sobat menginginkan gadget, jam tangan, mobil terbaru, Sobat hanya memilikinya tanpa meningkatkan nilai finansial Sobat dan Sobat melakukannya dengan cara mencicil, maka angsuran tersebut dapat dikategorikan sebagai utang konsumtif.
Lantas, berapa jumlah maksimal utang konsumen menurut perencanaan keuangan? Utang konsumen tidak boleh melebihi 15% dari 35% utang kami. Sangat bagus di bawah 15% atau tidak sama sekali.
Jika utang konsumtif lebih banyak daripada utang produktif, bisa dipastikan kesehatan finansial Sobat masih belum sehat. Jadi yang harus dilakukan adalah mengurangi utang konsumtif yang ada atau mengubahnya menjadi utang produktif.
Cara mengubah utang konsumtif menjadi utang produktif adalah dengan menganalisis utang Sobat apakah barang yang Sobat miliki mampu menghasilkan dan meningkatkan nilai finansial kita atau tidak.
Misalnya Sobat memiliki mobil, dan Sobat masih memiliki cicilan dari mobil tetapi Sobat hanya menggunakannya seminggu sekali. Haruskah Sobat menemukan solusi bagaimana mobil bisa menjadi barang produktif? Misalnya disewakan, digunakan untuk berdagang atau untuk kegiatan produktif lainnya.
Utang bisa menjadi baik jika kita bisa mengelolanya dan menganalisa kemampuan membayar sampai utang lunas. Namun, utang bisa menjadi bencana jika Sobat merencanakan dan mengelolanya dengan buruk.
Nah, sekarang kita paham bahwa utang bisa menjadi keuntungan bagi kita jika kita tahu cara mengelolanya.